Sunday, November 6, 2022

[Real Story] Lost In Lawu

Cerita yang saya sadur dari pengalaman nyata bersama teman teman dan terjadi pada tahun 2001. Cerita ini pernah saya unggah di sebuah forum bernama kaskus. 
(https://m.kaskus.co.id/post/63689bb5e296876b6d1560c5#post63689bb5e296876b6d1560c5)
Kisah ini murni saya ceritakan sesuai dari sudut pandang saya pribadi, karena saat itu saya masih kesulitan untuk mengumpulkan cerita dari teman teman 1 tim yang waktu itu ada 11 orang.
Langsung aja ya ke kisahnya berikut.....

Malam tanggal 31 Desember, kami menginap di Cemoro Sewu. Karena saat itu tiba-tiba beberapa senter yang kami bawa mengalami masalah dan parahnya 2 orang anggota dadakan tadi malah kagak bawa alat penerangan. emoticon-Hammer
Niat untuk naik ke puncak lebih awalpun akhirnya pupus. Harapan kami jika tanggal 31 Desember pagi kami sudah ada di puncak, maka besar kemungkinan kami bisa dapat tempat untuk mendirikan tenda, karena biasanya malam tahun baru udah penuh banget yang sudah membuat tenda di puncak.Tapi karena ada masalah tersebut, kamipun mengurungkan niat kami. Dan besok paginya pukul 08.00 kami bergegas untuk memulai pendakian.

Pendakian kami berlangsung lancar jaya gan, maklum pendakian siang hari lebih mudah dan enjoy. Kira kira pukul 14.00an kami berhasil sampai di puncak. Dan benar sekali, ternyata di puncak sudah dipenuhi oleh tenda tenda dari pendaki lain yang datang lebih awal. Setelah muter-muter mencari spot untuk mendirikan tenda, akhirnya kami menemukan sebuah spot yang boleh dikatakan kategory FATAL untuk didirikan sebuah tenda. Bagaimana tidak gan ?? lokasi dengan kemiringan sekitar 35° dan tepat ditengahnya adalah bekas jalur air mengalir. emoticon-Frown
Tapi apa boleh buat, pikir kami saat itu langit sangat cerah dan toh ini hanya sekedar buat istirahat siang ini.
Lelah mendaki gunung, paling mantap makan mi rebus trus nyruput kopi item dilanjutkan nyedot rokok kretek gan. emoticon-Big Grin
Dan itulah yang kami nikmati setelah selesai mendirikan tenda. Beberapa teman kami setelah itu langsung asyik berselfie ria di tugu puncak Gunung Lawu, beberapa lagi ada yang sedang rebahan di dalam tenda.

Sekitar pukul 16.00 an tiba-tiba saja yang kami takutkan datang gan.....
Kabut tebal menyelimuti dan petir pun ikut meramaikan suasana dingin sore itu. Dan tak lama, bagai disiram air dari langit hujan pun turun dengan sangat deras. emoticon-Takut (S)
Kami berlarian ke arah tenda bergegas menyelamatkan barang yang tidak tahan dengan air. Dan seketika itu juga, air bah menerjang tenda kami tepat di tengah-tengah tenda. Tenda roboh gan,,,,,emoticon-Frown beberapa barang kamipun ada yang ikut terseret air ke bawah. Langkah emergency pun segera kami jalankan. Setelah semua barang milik masing-masing anggota diamankan, giliran tenda yang roboh segera kami lipat di bawah derasnya hujan. Dan waktu itu tenda yang kami pake bukanlah tenda doom gan, tapi tenda konvesional yang biasa dipakai anak anak pramuka kemah emoticon-Big Grin. Gila gag tuh beratnya kalau basah kuyub?? emoticon-Hammer (S)

Selesai packing darurat, kami segera rapat dadakan. Kalau masih bertahan di puncak, mungkin malamnya kita tidak akan kuat bertahan karena tenda roboh dan beberapa stok makanan hilang ditelan air bah. Akhirnya kami sepakat untuk nekat turun dalam keadaan hujan deras. Kami berbagi tugas, yang sudah pernah naik Gunung Lawu bertugas sebagai Leader dan 2 teman nongkrong kami tadi ditugaskan untuk membawa tenda basah tadi emoticon-Big Grin, dan saya saat itu dapat bagian sebagai sweaper.

Dalam keadaan hujan deras, gelap, kedinginan dan alat penerangan seadanya, kami bergegas turun karena takut nanti kemalaman. Di sinilah gan semua keanehan mulai terjadi. Beberapa kali saya mendengar dua orang pembawa tenda tadi mengeluh dan mengeluarkan kata-kata kurang pantas. Sebenernya saya juga kasian gan, tapi kata ketua saya itu sebagai hukuman buat mereka karena prepare yang tidak maksimal dan berakibat semua anggota kena dampaknya.

Hal aneh pertama kami adalah, malam itu malam tahun baru sementara di bukit sebelah kami dapat melihat deretan lampu senter yang bak berbaris dan berliku-liku dan terlihat jelas karena hujan sudah mulai reda. Tapi anehnya, tidak ada satupun yang berpapasan dengan kami saat itu. Dengan hati tenang kami coba berdalih kalau pendaki lain mungkin belum sampai di sini, karena kami masih belum bertemu pos 5. Lama kelamaan, kami merasa kuatir karena jalur yang kami lewati sepertinya bukan jalur Cemoro Sewu Sering kali kami melewati rute yang tergenang lumpur layaknya daerah yang belum terjamah. Saya kebetulan membawa senter dan beberapa kali saya senterkan ke arah kanan kiri, rasanya kami masuk hutan. Saya segera berteriak beberapa kali "leader,,,perhatikan jalur" dengan harapan leader bisa menemukan jalur sebenarnya. Kembali saya mendengar suara jengkel dari pembawa tenda di di depan saya, meskipun saya tidak bisa melihat mereka, tapi saya masih ingat betul logat dan suara mereka. Berkali-kali sang ketua berteriak meminta pembawa tenda jangan berbicara yang tidak sopan dan sabar dulu, bentar lagi pos 5. Pengalaman hororpun dimulai, saat saya merasa jarak saya agak jauh dari teman di depan saya, tiba-tiba saja saya disalip dari belakang oleh seorang pemuda kurus yang memakai celana jeans potongan atas dengkul, kaos oblong item dan tanpa senter. emoticon-Takut
Saya sempat menyapa "mass... rombongan darimana?". Tanpa jawaban dan menoleh, pemuda tadi terus saja berjalan tanpa menghiraukan saya. Pikir saya waktu itu "ahhh.. paling temennya ada dibelakang atau mungkin dia tertinggal". Terus mengikuti suara leader, saya menyusuri jalan setapak berbatu dan tepat samping saya adalah jurang yang kedalamannya tidak saya ketahui karena saat saya mengarakan senter ke samping bawah terlihat pemandangan yang gelap gulita. Tiba-tiba saya melewati sekelompok orang duduk di atas batu besar yang kurang jelas bentuknya, karena tanpa ada penerangan sama sekali. Hanya hitam saja, kalo tidak salah jumlahnya ada 4 orang. 2 diantaranya duduk.di atas batu di tepi jurang dengan potongan rambut gondrong. Sedang 2 lainnya berdiri bersender di batu. Sempat saya mengarahkan senter saya ke arah mereka tapi hanya ke arah batu yang mereka duduki, dan saya melihat penampakan botol bir dan botol air mineral yang isinya berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan di sekitar botol, berserakan kulit kacang. Sambil menyapa saya mencoba bertanya "maaf mas,,, ini jalur Cemoro Sewu bukan ?" namun mereka hanya mengangguk. Pikir saya mungkin mereka lagi tinggi emoticon-Big Grin

Dan keanehan terakhir adalah ketika kami berhenti pada sebuah batu besar yang menempel di tebing. Ketua kami bilang dengan sangat hati-hati bahwa ternyata kami sudah "dikerjain" sama ghaib disitu. Karena tanpa sepengetahuan kami ternyata ketua sudah memberikan sebuah coretan dari batu di batu besar tadi. Dan dia sudah ketiga kalinya melewati batu besar tadi. Akhirnya kami berdoa bersama dan peringatan keras ditujukan pada pembawa tenda yang selama perjalanan selalu mengeluh dan berbicara kotor.
Selesai berdoa dan "ritual" meminta maaf, kami lanjutkan perjalanan kembali. Betul saja, perkiraan satu jam perjalanan kami langsung bertemu dengan pos 5. Segera kami istirahat menenangkan diri dan mengisi perut yang sudah keroncongan dari tadi. Kisaran pukul 03:00an kami sampai di Cemoro Sewu, lega rasanya hati ini. Sampai di Cemoro Sewu kami belum ada yang bercerita soal kejanggalan kejanggalan yang terjadi selama turun gunung. Baru beberapa hari setelah kami sampai rumah kami baru saling menceritakan apa yang terjadi.

Pas kami ngumpul di warung mie ayam langganan kami, kebetulan salah satu temen saya nyeplos kalo di pas pendakian kemarin mendengar ada yang manggil manggil namanya..... cewek lagi emoticon-Takut
akhirnya kamipun saling cerita apa yang kami rasakan di sana,,,ngeri gan,,,,, ada yang melihat wanita sedang berjalan di depannya, pas mau manggil temen dibelakangnya ehh udah ilang ceweknya. Beda lagi temen saya yang jadi leader, dia merasa kalau jalannya itu sama persis dengan jalan yang dilewati tadi pagi. Beberapa kali dikasih tau kalau jalannya kok berlumpur gini, ehhh dia enak jawabnya "udahhh... namanya juga di gunung, kalo enak ya tidur di kasur yang empuk di dalam kamar yang hangat". Seru lagi sang ketua, dia sebenernya sudah curiga sejak awal. Sama seperti asumsi saya... malam tahun baru kok jalurnya sepi banget.... Berkali-kali ketua yang posisinya saat itu di tengah rombongan mendengar suara suara aneh dari arah samping..... ada suara wanita minta tolong emoticon-Takut padahal sampingya jurang lho.... Trus katanya lagi ada suara ramai yang layaknya sebuah pasar gitu.... asumsi kami setelah mendengar cerita senior sih itu yang namanya pasar setan gunung lawu. Tapi entahlah, kami juga tidak ingin terlalu ruwet mengusut itu. Yang jelas kami mencoba menarik kesimpulan bahwa "BERHATI-HATILAH SAAT BERADA DI SEBUAH GUNUNG. JAGA PIKIRAN DAN PERKATAAN. APAPUN ITU, DI SANA JUGA ADA SEBUAH KEHIDUPAN LAIN YANG TIDAK SUKA DENGAN HAL-HAL BURUK YANG KITA LAKUKAN

Tuesday, February 3, 2015

Jangan Salahkan Zaman, Tapi Salahkan Mental Kita

Seperti kita ketahui bersama bahwa perkembangan jaman sangatlah cepat sekali. Jika kita mengingat sebuah memory yang sepertinya baru terjadi kemarin, namun saat kita mengingat kembali dan menghitungnya ternyata sudah cepat sekali berlalu. Tentu kita masih ingat jelas saat saat kita bermain gundu bersama teman teman kita di depan rumah, berbeda dengan permainan anak anak jaman sekarang yang sudah tidak lagi mengenal permainan pada jaman kita dahulu. Saat ini mereka lebih suka bermain gadget atau bahkan malah ada yang sudah bermain dengan liarnya gas kendaraan bermotor. Miris memang kalau kita perhatikan, namun ini semua sebenarnya bukan salah jaman. Namun lebih ke tidaksiapan kita dalam menghadapi perubahan jaman. Kenapa saya sebut seperti itu ? Seperti kita tahu bahwa kita tidak mungkin hidup selamanya dalam dunia batu dan memakai pakaian dari kulit hewan buruan kita. Semua harus berjalan dan berubah sesuai perkembangan zaman.Dan pertanyaannya siapa yang siap mental menghadapi perubahan jaman, maka dialah yang akan menjadi pemenang. Seperti pada beberapa artikel yang menyebutkan bahwa Anak anak dari bos Google justru malah bermain tanah di tempat mereka menimba ilmu, hal ini sesungguhnya bukanlah sebuah diskriminasi yang menunjukkan siapa yang bodoh atau siapa yang pintar, namun lebih kemana kebijaksanaan kita dalam mendidik anak anak kita dalam mempersiapkan mental demi menghadapi kemajuan tekhnologi. Seperti kita tahu bahwa tekhnologi tercipta pasti akan menimbulkan pro dan kontra, dan seharusnya tidaklah perlu kita mempermasalahkan pro dan kontra tersebut karena tidak akan menyelesaikan masalah tersebut. Hendaknya kita bertanya pada diri kita sendiri, sudah siapkah kita melindungi dan memahami fungsi dari tekhnologi tersebut. Bukan ingin menyalahkan sebuah tekhnologi, namun jika mental kita tidaklah siap maka akan muncul banyak masalah dari tekhnologi tersebut. Karena pada hakekatnya tekhnologi tercipta untuk meringankan beban manusia itu sendiri, namun jika kita tidak tanggap maka kita yang akan diperbudak oleh tekhnologi. Seperti sebuah pepatah motor yang pernah saya dengar ''Jangan biarkan mesin mengendalikanmu, tapi kendalikanlah mesin tersebut'' Banyak korban dari ketidaksiapan mental menghadapi perkembangan jaman yang mungkin belum seberapa ini. Dan contoh ini bisa kita temukan di sekitar kita dengan mudah, seperti munculnya sifat gengsi jika tidak bisa berjalan di keramaian sambil menenteng sebuah smartphone yang sedang ngetrend, atau malu saat ditanya apakah kita memiliki akun di sosmed yang sedang ramai dibincangkan. Sebenarnya hal semacam ini bisa dikatakan wajar terjadi, dan sah sah saja jika kita mau mengikuti perkembangan jaman. Namun karena ketidaksiapan mental tersebut akhirnya membuat beberapa pribadi menjadi lemah dan seakan-akan dikendalikan oleh tekhnologi tersebut. Seperti misalnya belagak sok up to date dengan perkembangan tekhnologi yang terjadi, padahal dia hanya ikut-ikutan gaya teman atau orang terdekatnya. Memunculkan sifat egois dan sombong saat dia merasa bahwa dia sudah sangat memahami padahal sebenarnya belum seberapa. Dan ini lah yang kemudian terjadi bahwa mental para bibit bibit unggul tersebut akan menurun drastis dibandingkan jika mereka mempersiapkan diri sebelum menghadapi kemajuan tekhnologi. Lalu bagaimana cara mempersiapkan mental menghadapi perkembangan jaman ? Jadilah manusia yang senantiasa rendah diri, tak pernah berhenti mempelajari sebuah tekhnologi, imbangi kebutuhan tekhnologi dan kebutuhan sosial kita, lebih bijaksana dalam menggunakan sebuah tekhnologi. Saya yakin kita pasti bisa menjadi sang juara.

Monday, February 2, 2015

BELAJAR MENCARI UANG DI GOOGLE ADSENSE

Hari ini, pikiran mulai pusing tujuh keliling gara gara penasaran sama yang namanya google adsense, tidak tau kenapa tiba tiba saja susah tidur karena kepikiran sama satu masalah ini. Berkali kali hunting informasi mengenai google adsense di halaman pencarian google, namun tetap saja menemui kendala saat mau sign up di google adsense. Entah saya yang masih bodoh atau memang sulitnya untuk bisa terdaftar di salah satu fasilitas google yang terkenal mampu memberi earning lumayan bagi membernya. hehehehe Lagi lagi masih seputar mesin pencarian google, berkali kali mencari tapi tetap saja stuck di satu masalah susah daftar. I NEED MORE HELP TO SOLVE THIS PLEASEEEEE

Wednesday, December 1, 2010

Komentar Paijo

Paijo adalah seorang pesuruh di sebuah SMA swasta yang cukup terkenal. Suatu siang, Paijo melihat kerumunan puluhan murid dan beberapa guru di teras ruangan kelas pelajaran Fisika. Dari suara ributnya, mungkin ada kejadian luar biasa di situ. Paijo semula acuh tak acuh, namun akhirnya ia datang mendekat juga karena salah satu guru yang juga wakil kepala sekolah memanggilnya.
Setelah diusut, ternyata ada seorang siswa yang sehabis pelajaran olah raga menendang bola yang seharusnya dia bawa ke gudang. Sialnya bola tadi mengenai kaca jendela nako sampai hancur berantakan.
Dasar sekolah swasta yang sudah terbiasa berdemokrasi, tidak heran kalau guru-guru di situ memberikan komentar atas kejadian tadi. Lagi pula ini berhubungan dengan kurikulum baru yang berbasis kompetensi (KBK) di mana para siswa diharapkan tidak hanya tahu teori tapi juga harus tahu keadaan nyata dalam situasi apapun. Berikut ini adalah dialog dari beberapa guru yang ada di situ.
Wakil Kepala Sekolah: “Bagaimana pendapat atau komentar bapak-bapak guru tentang kejadian tadi ?”
Guru Fisika: “Gerakan bola tadi merupakan contoh dari gerak balistik atau gerak peluru.”
Guru Kimia: “Massa kaca sebelum dan sesudah pecah sama.”
Guru Matematika: “Lintasan bola tadi pasti merupakan kurva melengkung parabola.”
Wakil Kepala Sekolah: “Bagus sekali komentarnya. Bagaimana menurut pak Sugih?”
Pak Sugih yang guru ekonomi menjawab: “Untuk mengganti kaca yang pecah perlu biaya Rp 100.000 pak.”
Wakil Kepala Sekolah: “Itu tidak masalah, kita bisa minta ke orang tua siswa yang menendang bola tadi. Bagaimana menurut Pak Paijo ?”
Paijo kaget setengah mati karena tidak menyangka kalau akan dimintai pendapat atau komentar. Tapi untuk menjaga gengsi, lagi pula dia pernah ikut nguping waktu guru-guru ditatar KBK, Paijo memberikan komentar menurut disiplin ilmunya.
Paijo: “Kalau ditinjau dari disiplin ilmu saya pak, pecahan kaca tadi… eh… anu… menambah pekerjaan saya tapi tidak menaikkan gaji saya pak!”
Wakil Kepala Sekolah: “Pintar juga pak Paijo, ada musibah malah digunakan kesempatan untuk minta naik gaji.”


Kendaraan Di Surga



Tiga pria meninggal dan masuk surga.
Surga mempunyai peraturan bahwa setiap orang baik jahat maupun orang baik akan mendapat kendaraan yang pantas dengan perbuatannya.
Lelaki pertama tiba dan malaikat bertanya, “Berapa tahun kamu menikah?”
Jawab lelaki pertama, “20 tahun.”
“Berapa kali kamu mengkhianati istrimu?”
Jawab lelaki pertama, “5 kali.”
“Baiklah,” jawab sang malaikat, “Kamu boleh masuk tapi hanya mendapat Kijang.”
Lelaki pertama pun berlalu dengan Kijangnya.
Berikutnya adalah lelaki kedua. “Berapa tahun kamu menikah?”
Jawab lelaki kedua, “30 tahun.”
“Berapa kali kamu mengkhianati istrimu?”
“2 kali.”
“Lumayan… Kamu pantas mendapatkan BMW.”
Tibalah kini lelaki ketiga dan malaikat pun mengajukan pertanyaan yang sama yang dijawab si lelaki ketiga, “50 tahun.”
“Berapa kali kamu mengkhianati istrimu?”
“Tidak pernah.”
“Luar biasa! Ini kunci untuk Ferrari.”
Suatu hari, tatkala lelaki pertama dan kedua tadi tengah mengendarai
mobilnya, mereka melihat lelaki ketiga duduk di tepi jalan sambil menangis.
Mereka menghampirinya dan bertanya “Ngapain kamu nangis? Ga’ puas sama Ferrari?”
Jawab lelaki ketiga sambil mengusap air matanya, “Tadi aku berpapasan dengan istriku yang sedang naik sepeda…”

Kakek Yang Tuli

Suatu hari ada seorang anak disuruh ibunya untuk membeli gula 1 kg.

Ibu: Nak, tolong belikan ibu gula satu kilo!

Anak: Iya bu!!

Dan anak itu pun pergi ke toko didekat rumah mereka. Kebetulan yang punya toko itu seorang kakek yang agak tuli, sehingga untuk berbicara harus agak keras.

Anak: KAKEK, BELI GULA 1 KILO!!!

Kakek tidak menjawab, anak itu pun teriak lebih keras lagi.

Anak: KAKEK, BELI GULA 1 KILO!!!!

Tetapi si kakek pun masih tidak menjawab. Anak itu lalu berteriak dengan suara ynag paling keras.

Anak: KAKEK.. BELI GULA 1 KILO!!!!!!!!

Kakek: (Dengan sikap yang agak marah, ia menjawab) KAMU INI NGAPAIN TERIAK TERIAK??? KAMU KIRA KAKEK TULI??? MAU BELI BERAS BERAPA KILO???

Anak: ??????.....