Tuesday, February 3, 2015
Jangan Salahkan Zaman, Tapi Salahkan Mental Kita
Seperti kita ketahui bersama bahwa perkembangan jaman sangatlah cepat sekali. Jika kita mengingat sebuah memory yang sepertinya baru terjadi kemarin, namun saat kita mengingat kembali dan menghitungnya ternyata sudah cepat sekali berlalu.
Tentu kita masih ingat jelas saat saat kita bermain gundu bersama teman teman kita di depan rumah, berbeda dengan permainan anak anak jaman sekarang yang sudah tidak lagi mengenal permainan pada jaman kita dahulu. Saat ini mereka lebih suka bermain gadget atau bahkan malah ada yang sudah bermain dengan liarnya gas kendaraan bermotor.
Miris memang kalau kita perhatikan, namun ini semua sebenarnya bukan salah jaman. Namun lebih ke tidaksiapan kita dalam menghadapi perubahan jaman.
Kenapa saya sebut seperti itu ? Seperti kita tahu bahwa kita tidak mungkin hidup selamanya dalam dunia batu dan memakai pakaian dari kulit hewan buruan kita. Semua harus berjalan dan berubah sesuai perkembangan zaman.Dan pertanyaannya siapa yang siap mental menghadapi perubahan jaman, maka dialah yang akan menjadi pemenang.
Seperti pada beberapa artikel yang menyebutkan bahwa Anak anak dari bos Google justru malah bermain tanah di tempat mereka menimba ilmu, hal ini sesungguhnya bukanlah sebuah diskriminasi yang menunjukkan siapa yang bodoh atau siapa yang pintar, namun lebih kemana kebijaksanaan kita dalam mendidik anak anak kita dalam mempersiapkan mental demi menghadapi kemajuan tekhnologi.
Seperti kita tahu bahwa tekhnologi tercipta pasti akan menimbulkan pro dan kontra, dan seharusnya tidaklah perlu kita mempermasalahkan pro dan kontra tersebut karena tidak akan menyelesaikan masalah tersebut. Hendaknya kita bertanya pada diri kita sendiri, sudah siapkah kita melindungi dan memahami fungsi dari tekhnologi tersebut.
Bukan ingin menyalahkan sebuah tekhnologi, namun jika mental kita tidaklah siap maka akan muncul banyak masalah dari tekhnologi tersebut. Karena pada hakekatnya tekhnologi tercipta untuk meringankan beban manusia itu sendiri, namun jika kita tidak tanggap maka kita yang akan diperbudak oleh tekhnologi.
Seperti sebuah pepatah motor yang pernah saya dengar ''Jangan biarkan mesin mengendalikanmu, tapi kendalikanlah mesin tersebut''
Banyak korban dari ketidaksiapan mental menghadapi perkembangan jaman yang mungkin belum seberapa ini. Dan contoh ini bisa kita temukan di sekitar kita dengan mudah, seperti munculnya sifat gengsi jika tidak bisa berjalan di keramaian sambil menenteng sebuah smartphone yang sedang ngetrend, atau malu saat ditanya apakah kita memiliki akun di sosmed yang sedang ramai dibincangkan. Sebenarnya hal semacam ini bisa dikatakan wajar terjadi, dan sah sah saja jika kita mau mengikuti perkembangan jaman. Namun karena ketidaksiapan mental tersebut akhirnya membuat beberapa pribadi menjadi lemah dan seakan-akan dikendalikan oleh tekhnologi tersebut. Seperti misalnya belagak sok up to date dengan perkembangan tekhnologi yang terjadi, padahal dia hanya ikut-ikutan gaya teman atau orang terdekatnya. Memunculkan sifat egois dan sombong saat dia merasa bahwa dia sudah sangat memahami padahal sebenarnya belum seberapa. Dan ini lah yang kemudian terjadi bahwa mental para bibit bibit unggul tersebut akan menurun drastis dibandingkan jika mereka mempersiapkan diri sebelum menghadapi kemajuan tekhnologi.
Lalu bagaimana cara mempersiapkan mental menghadapi perkembangan jaman ? Jadilah manusia yang senantiasa rendah diri, tak pernah berhenti mempelajari sebuah tekhnologi, imbangi kebutuhan tekhnologi dan kebutuhan sosial kita, lebih bijaksana dalam menggunakan sebuah tekhnologi.
Saya yakin kita pasti bisa menjadi sang juara.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment